Jurnalis [ Bukan ] Pengemis
Ini benar-benar
‘sesuatu’ yang amat serius! Jangan pernah menganggap bahwa judul uneg-uneg
di atas itu sekadar main-main. Pasalnya, TABLOID BERITA DE FACTO hadir perdana di Banyuwangi ini sangat ingin menepis tudingan
minor yang selama ini terlontar dan terlanjur keprucut dari mulut banyak orang bahwa jurnalis itu pseudo-pengemis alias diindikatori oleh aksi
meminta-minta.
Telah
kami catat dan rekam, bahwa sepotong ‘kalimat sengak’ itu sudah terlalu lama
menyengat dan memerahkan dua lembar daun telinga komunitas jurnalis ‘sebangsa’
kami ini. Entah kenapa, ternyata mulut banyak orang itu juga sudah kadung menyenandungkan lagu sumbang tentang
profesi kami di sepanjang waktu dan dalam banyak kesempatan.
Maka,
kesempatan ini lah yang kami pergunakan secerdas-cerdasnya untuk menepis dan menghalau
jauh-jauh tentang ‘negative thinking’ yang telah lama mengendap di memori otak banyak
orang. Juga telah menyumbat tabung-tabung akal sehat di kepala banyak pihak tentang
buramnya citra profesi kejurnalistikan.
Pada
momentum kali ini, kami ada keterpanggilan intelektual
sekaligus moral untuk patuh asas atas kode etik jurnalistik [KEJ, red]. Juga, sangat tak ingin lambe-nya orang-orang di jalanan ngata-ngatain bahwa kami tak lebih hanya WTS [ wartawan tanpa surat kabar],
GPRS [gertak, paksa, ruwet dan kemudian
sikat], nggrandong¸ nggarong, mbodrex dan abal-abal. Bahkan, acapkali dirasani bahwa saban hari hanya gerudak-geruduk persis gerombolan rea-reo
saja.
Dan,
sebagai sense of balance atau penyeimbang
atas semua itu, majalah ini telah melakukan standarisasi perekrutan, kompetensi
personal, filterisasi perilaku dan pola pikir pekerja wartawannya. Kami emoh hanya ‘begita-begitu’ saja kemampuannya,
mesti cerdas dan investigatif dalam hunting,
melek huruf dan kualitatif dalam menulis
karya tulis.
Maaf
sejuta maaf, bahwa itu hanyalah secuil fakta yang sefakta-faktanya di lapangan sehingga
kami tak memiliki keberanian untuk menghalus-haluskan apalagi nutup-tutupi yang dalam konteks ini, kami tidak sedang berlagak moralis, sok suci atau anti-materi. Ini semua semacam
upaya ‘keberanian’ berkaca diri di cermin bening yang barangkali sangat jarang dilakukan
oleh‘wartawan’kebanyakan. Jelasnya, kami tak perlu menunggu pihak-pihak lain
mengkritisi dan mencelanya.
Silakan
pembaca catat dan titeni, bahwa media
kami sedang terus, dan terus mengasah ‘pisau jurnalistik’ setajam mungkin untuk
membedah segala hal apa pun di hamparan ranah kejurnalistikan dalam konteks socialcontrol yang dibarengi nalar sehat,
kejernihan nurani, kritis, jujur, analisis dan tentu dengan keterjagaan independensi
tanpa harus nyludur menabraki rambu-rambu
dan etika kejurnalistikan.
Sekali
lagi, kali ini TABLOID BERITA DE FACTO tidak
sedang main-main dan sekaligus tak ingin dipermainkan dan apalagi dijadikan
‘barang mainan’ oleh pihak siapa dan kelompok manapun. Pasalnya, kami sudah kadung erat menggenggam janji atas kesanggupan
memanggul idealism profesi kewartawanan hingga hembusan nafas ini berakhir di
ujung tenggorokan.
Kesanggupan
kami sejatinya simplifikatif, sangat sederhana, yang salah satunya yakni nggolek atau mengendus, menggali untuk dikembangrangkumkan,
dipublikasikan dengan benar, tepat, terjaga validitas dan keakurasiannya.
Jangan
ngenyek! Di sisi lain, meski tampilan
wajah media ini masih elek dan morat-marit begini, kami adalah perusahaan media cetak dengan orientasi manejemen
industri yang kejelasan arahnya profit oriented
tapi dengan berkebudayaan bersih dan halal. Urgent! Ini sangat penting, karena sebuah publisher – perusahaan media – sangat dituntut untuk menghidupi dan
menyejahterakan seluruh crew keredaksiaannya
sesuai dengan pasal-pasal yang tersirat sekaligus tersurat dalam ‘buku suci’
undang-undang pers. Jika tidak, ia [media] itu, telah terindikasi unsur kriminalisasi
jurnalistik.
Akhirnya, biarkan banyak orang bermulut kenyih, omong kecut, dan menuding miring terhadap wartawan ‘bangsane’
kami yang disamasebangunkan dengan ‘pengemis’. Betapa pun, kami tetap ucapkan MERDEKA.
Cukup!
■ redaksi.